A.
Pendahuluan
TIK atau teknologi informasi dan komunikasi pada era ini
berkembang sangat pesat, dimulai dengan ditemukannya system computer hingga
komunikasi dunia maya yang bisa dinikmati melalui telepon selulardengan akses
GPRS.
Namun banyak orang yang masih awam tentang Teknologi Informasi dan
komunikasi tersebut.Hal tersebut terukur dari kurang optimalnya penggunaan
teknologi diatas dalam kehdupan sehari-hari. Contohnya masyarakat Indonesia
pada umumnya yang masih menggunakan telepon selular hanya sebatas komunikasi
antar personal, padahal telepon selular yang mereka gunakan telah cukup memadai
untuk digunakan sebagai alat komunikasi dengan dunia luar menggunakan internet
ataupun GPRS.
Lalu, apa itu sebenarnya teknologi Informasi dan Komunikasi? Dan
bagaimana perkembangannya? Serta apa yang menjadi manfaat utama dari teknologi
informasi dan komunikasi khususnya dalam bidang pendidikan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dibahas dalam artikel ini.
B. Pengertian Teknologi INFORMASI
dan KOMUNIKASI
1.
Pengertian
Teknologi
Kata teknologi berasal
dari bahasa Yunani, technologia, techne yang berarti ‘keahlian’
dan logia yang berarti ‘pengetahuan’. Dalam pengertian yang sempit,
teknologi mengacu pada objek benda yang dipergunakan untuk kemudahan aktivitas
manusia, seperti mesin, perkakas, atau perangkat keras.
Dalam pengertian yang
lebih luas, teknologi dapat meliputi pengertian sistem, organisasi, juga
teknik. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, pengertian
teknologi menjadi semakin meluas, sehingga saat ini teknologi merupakan sebuah
konsep yang berkaitan dengan jenis penggunaan dan pengetahuan tentang alat dan
keahlian, dan bagaimana ia dapat memberi pengaruh pada kemampuan manusia untuk
mengendalikan dan mengubah sesuatu yang ada di sekitarnya.
Jadi teknologi adalah
semacam perpanjangan tangan manusia untuk dapat memanfaatkan alam dan sesuatu
yang ada di sekelilingnya secara lebih maksimal. Dengan demikian, secara
sederhana teknologi bertujuan untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia, Teknologi
atau pertukangan memiliki lebih dari satu definisi. Salah satunya adalah
pengembangan dan aplikasi dari alat,
mesin, material
dan proses
yang menolong manusia
menyelesaikan masalahnya. Sebagai aktivitas manusia, teknologi mulai sebelum sains dan teknik.,Kata teknologi
sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses
penemuan saintifik yang baru ditemukan. Akan tetapi, penemuan
yang sangat lama seperti roda
da pat disebut teknologi.
2. Pengertian TIK
Terdapat banyak pengertian mengenai TIK atau Teknologi informasi
dan komunikasi, diantaranya dipaparkan sebagai berikut :
a. Menurut Eric Deeson, Harper Collins
Publishers, Dictionary of Information Technology, Glasgow,UK,1991
“Information
Technology (IT) the handling of information by electric and electronic (and
microelectronic) means.”Here handling includes transfer. Processing, storage
and access, IT special concern being the use of hardware and software for these
tasks for the benefit of individual people and society as a whole”
Dari penjelasan di atas
dapat diartikan bahwa teknologi informasi adalah kebutuhan manusia didalam
mengambil dan memindahkan , mengolah dan memproses informasi dalam konteks
sosial yang menguntungkan diri sendiri dan masyarakat secara keseluruhan.
b. Menurut Puskur Diknas Indonesia,
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek,
yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.
1). Teknologi Informasi adalah
meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat
bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
2) Teknologi Komunikasi adalah
segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan
mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Teknologi
Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan
yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang
terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan
informasi antar media
3. Information
Technology in the National Curriculum, England and Wales, 1995
“Information technology (IT) capability is characterized by an ability to
use effectively IT tools an information source to analyse, process an present
information, and to model, measure an control external events. This Involve :
· Using information sourcxes and IT tools to solve problems
· Using it tools and information source, sich as computer systems and
software packages, to support learning in variety contexts;
· Understanding the implication of IT for working life and society.
Pupils should be given opportunities, where appropriate, to develop and
apply their IT capability in their study of National Curriculum subjects.”
Dari penjelasan di atas : nampaknya terdapat acuan kemampuan TIK yang
hendak dicapai dan system nilai dalam bekerja pada kehidupan sehari-hari yang
hendak dibelajarkan, seperti nilai apa yang perlu dikembangkan dalam suatu
system social masyarakat berkenaan dengan kemampuan menggunakan TIK
4. Menurut Susanto ( 2002 ) informasi
merupakan hasil dari pengolahan data namun tidak semua hasil dari pengolahan
tersebut dapat menjadi informasi.
Jadi pengertian TIK adalah sebuah media atau alat bantu yang
digunakan untuk transfer data baik itu untuk memperoleh suatu data / informasi
maupun memberikan informasi kepada orang lain serta dapat digunakan untuk alat
berkomunikasi baik satu arah ataupun dua arah.
C. Jenis-jenis Perangkat TIK
Mengenal
Perangkat
yang
Digunakan dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan salah satu contoh
teknologi komputer yang banyak berperan dalam perkembangan teknologi informasi.
Contoh perangkat yang digunakan dalam teknologi komunikasi ialah telepon
seluler (hand phone). Dalam handphone tersebut berisi program-program yang Menurut
Kerangka Kebijakan Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia,
disebutkan bahwa teknologi telematika merupakan singkatan dari teknologi
komunikasi, media, dan onformatika. Mengacu kepada penggunaan dikalangan
masyarakat telematika Indonesia (MASTEL), istilah telematika berarti perpaduan
atau pembauran (konvergensi) antara teknologi informasi (teknologikomputer ),
teknologi telekomunikasi, termasuk siaran radio maupun televisi dan multimedia.
Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologikomputer (perangkat
keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan
informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan
informasi. Bentuk informasi yang dikirim atau yang diterima pun tidak lagi
menjadi kendala. Data, baik yang berupa teks, gambar, program dan audio serta
video dapat dikirim dan diterima dengan cepat dengan bantuan teknologi
informasi.
TIK selalu terdiri dari hardware dan
software. Hardware atau perangkat keras adalah segala sesuatu peralatan
teknologi yang berupa fisik. Cirinya ya terlihat dan bisa disentuh. Sedangkan
software atau perangkat lunak adalah system yang dapat menjalankan atau yang
berjalah dalam perangkat keras tersebut. Software dapat berupa operating system (OS), aplikasi, ataupun
konten. Sebutkan contoh-contoh software
OS, aplikasi, dan konten.
D. Perkembangan dan
Pemanfaatan TIK dalam Dunia Pendidikan
Sebelum menginjak abad
21 yang telah serba modern, penemuan teknologi-teknologi telah dirintis dimulai
dari ditemukannya mesin tik, alat komunikasi seperti mesin penyampai pesan.
Kemudian hal ini berkembang lagi dengan dibuatnya computer dari yang paling
sederhana hingga komputer yang paling canggih selain itu ditemukan telepon
sederhana hingga ditemukannya hand phone dan saat ini telah berkembang menjadi
PDA. Bahkan pada saat ini abad ke 21 telah ditemukan bidang rekayasa
mikroelektronika. Hal ini dapat menunjukkan bahwa TIK mengalami perkembangan
yang sangat pesat.
Dengan telah
berkembangnya system komunikasi online seperti telepon, sms, ataupun email yang
dapat diakses dalam dunia maya, tentunya hal ini mempengaruhi dalam berbagai
aspek kehidupan khususnya dalam bidang pendidikan. Hal ini dapat terlihat
dengan telah terjadinya pergeseran dalam proses pembelajaran dimulai dari
‘belajar di ruang kelas’ ke’ belajar dimana saja’, dari ‘kertas’ ke ‘on line’.
Interaksi antara guru dengan siswa pun tidak hanya dapat dilakuakn melalui
hubungan tatap muka tetapi dapat dilakukan melalui telepon, sms, ataupun email.
Dalam tugas pokok seorang guru pun menjadi terasa lebih mudah baik dalam
membuat persiapan mengajar, mencari sumber bahan ajar, bahkan dalam pembuatan
evaluasi bagi siswa yang dapat diberikan secara beragam. Hal ini bisa
memanfaatkan teknologi komputer. Dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi
yang diperuntukkan bagi peningkatan kinerja lembaga pendidikan dalam upayanya
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Guru dan pengurus sekolah
tidak lagi disibukkan oleh pekerjaan-pekerjaan operasional, yang sesungguhnya
dapat digantikan oleh komputer. Dengan demikian dapat memberikan keuntungan
dalam efisien waktu dan tenaga.
Bila diuraikan
pemanfaatan TIK dapat dijelaskan secara terperinci seperti :
• Penyimpanan dan pengolahan data siswa, staf, keuangan, dan asset
sekolah
• Analisis perkembangan kinerja siswa, guru, dan sekolah dari
periode ke periode
• Penyediaan informasi tentang perkembangan studi siswa kepada
Guru Wali dan Orang Tua
• Penyediaan informasi untuk mendukung pelaporan kepada Kantor
Dinas Pendidikan yang terkait dengan Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Badan
Akreditasi Sekolah (BAS)
• Pengolahan data menjadi informasi untuk mendukung pengambilan
keputusan
•Pengelolaan perpustakaan termasuk katalogisasi buku-buku, penelusuran
buku, proses peminjaman dan pengembalian buku, status keberadaan buku, dan
penetapan jumlah denda.
E. Kesimpulan
Jadi TIK adalah suatu alat atau media yang dapat digunakan untuk
transfer data baik satu arah maupun dua arah. Dengan pesatnya
perkembangan TIK ini sangat berguna dalam dunia pendidikan karena guru
dan lembaga sekolah pun mendapatkan kemudahan dengan memanfaatkan TIK dalam
melaksanakan tugas pokoknya. Materi pembelajaran dapat dibuat menjadi
lebih menarik. Selain itu, siswa dan guru mudah mendapatkan pengkayaan materi
ajar sehingga akan meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi. Namun
dengan berbagai kemudahan dalam proses pembelajaran yang lebih bersifat on line
kita pun jangan sampai meninggalkan proses pembelajaran bersifat manual.
Daftar Pustaka
1. Koesnandar, 2008. TIK Untuk Pembelajaran, Jakarta: Puskur, Departemen Pendidikan
Nasional
4.
http://www.kamadeva.com/index-menu-news-newsid-tiduniapendidikan.htm
5. http://www.e-dukasi.net/artikel/index.php?id=74
I.
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam
satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5
orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil
dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa
bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman
sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu
dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang
lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
- untuk menuntaskan materi
belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif,
- kelompok dibentuk dari
siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
- jika dalam kelas terdapat
siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin
yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras,
suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan
- penghargaan lebih diutamakan
pada kerja kelompok dari pada perorangan.
Dalam pembelajaran kooperatif, dua
atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu
tujuan bersama. Menurut Ibrahim dkk. siswa yakin bahwa tujuan mereka akan
tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk
itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.
Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk
bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan
usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting.
Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan
hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang
kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan
yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan
tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat
sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud
antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.
Menurut Ibrahim, dkk. pembelajaran
kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya
rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan.
Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara
lain:
- siswa mempunyai tanggung jawab
dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran,
- siswa dapat mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi,
- meningkatkan ingatan siswa, dan
- meningkatkan kepuasan siswa
terhadap materi pembelajaran.
Menurut Ibrahim, unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
- siswa dalam kelompok haruslah
beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama,
- siswa bertanggung jawab atas
segala sesuatu didalam kelompoknya,
- siswa haruslah melihat bahwa
semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama,
- siswa haruslah membagi tugas
dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya,
- siswa akan dikenakan evaluasi
atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota
kelompok,
- siswa berbagi kepemimpinan dan
mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya, dan
- siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
Model pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu
alternatif yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ARIAS berisi lima komponen yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu
assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction yang dikembangkan
berdasarkan teori-teori belajar.
Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model
pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi
dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil percobaan tersebut model
pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan
kegiatan pembelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil
belajar siswa.
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata
(1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan
psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif),
sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan
instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (1982:
11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu
kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas
pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini
menyangkut model pembelajaran yang digunakan.
Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi
suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada
model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah.
Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang
sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai
dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat
membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan dengan
hal itu, maka dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar
dikembangkanlah suatu model pembelajaran yang disebut dengan model pembelajaran
ARIAS. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap
motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa, telah dicobakan pada sejumlah
siswa di dua sekolah yang berbeda. Hasil percobaan di lapangan menunjukkan
bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi
berprestasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran ARIAS
ini dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan baik, dan sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi
berprestasi dan hasil belajar siswa. Tujuan percobaan lapangan ini untuk
mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi
berprestasi dan hasil belajar.
Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model
ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan
oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang
pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar.
Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy
value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang
akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari
dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat
komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan
satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Model
pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan
pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada
model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi
merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran.
Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi
perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan
untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar
yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama
proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan
Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya
evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen
evaluasi pada model pembelajaran tersebut.
Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan
mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi);
confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment
(evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence
menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence
(percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata
self-confidence (Morris, 1981: 80). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak
hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat
penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat
berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena
pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian).
Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada
awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan
lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance,
interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha
pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada
siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha
menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan
menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement).
Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS
sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi
ini disebut model pembelajaran ARIAS.
Komponen
Model Pembelajaran ARIAS
Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS
terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan
satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut
merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi
singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk
membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance
(percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil
atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9).
Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang
yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun
kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat
berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk
mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual
seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam
kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu
bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa
yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya
cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989:
42). Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa
untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan
yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat
melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu
kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik
dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:
-
Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada
siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang
terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau
potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah
satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa.
Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang yang
berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari
para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya
diri menurut Bandura seperti dikutip Gagne dan Briggs (1979: 8 sudah dilakukan
secara luas di sekolah-sekolah.
-
Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai
keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab
pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).
-
Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai
dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang
mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap
sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti
dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan salah satu
usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa.
-
Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan
melatih suatu keterampilan.
Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu
berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang
telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau
yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang
mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka.
Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada
relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu
yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan
dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan
tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan
pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan
antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga
kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan
Driscoll, 1988: 140).
Dalam
kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam
pembelajaran adalah:
-
Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan
memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk
mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil
belajar mereka.
-
Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang
dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
-
Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman
nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa
yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung
dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi
keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah
kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional,
sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang
sedang dibicarakan (Semiawan, 1991). (4) Menggunakan berbagai alternatif
strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan
demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media
pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.
Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah
yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip
oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada
minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan
bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus
dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan
memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon
(1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang
diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali
mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka.
Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan
keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam
usaha mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan
untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:
-
Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang
lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.
-
Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan
dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu
dipecahkan.
-
Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti
dikutip Gagne dan Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat
ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.
-
Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi
dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157) dapat dilakukan untuk
menarik minat/perhatian siswa.
Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment,
yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu
bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid
(Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois
(1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah
diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai
individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan
untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik
tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih
baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31).
Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan
yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang
dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979:157).
Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh
siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi
diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun
terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik
lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu
kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka
sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung
proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya
(Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs
seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas sangat
membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri.
Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk
meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang
dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior (1980: 76)
bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu,
untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
evaluasi antara lain adalah:
- Mengadakan
evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
- Memberikan
evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil
evaluasi kepada siswa.
- Memberi
kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
- Memberi
kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.
Komponen kelima model
pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa
bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah
reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai
sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan
kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan
berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang
dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam
kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561).
Menurut Keller
berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu
sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan
bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan
dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu
dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik (Keller dan
Kopp, 1987: 2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan
dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari
orang lain atau lingkungan. Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike
seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979: